Kepada matahari, yang menjadi cahaya permulaan hari..
Dalam doa dan harapan kucoba sampaikan surat kecilku lewat cahayanya
Bersama birunya lazuardi di langit sebagai pesan kerinduan untuk sang kekasih,….
Wahai matahari,… sebelum kau menepi dan terbenam di cakrawala nanti
Tolong jangan kau biarkan awan awan berubah menjadi badai yang
Akan merenggut satu persatu kata-kata yang telah kutuliskan untuknya…
Aku merasa tak sanggup bila harus menuliskan kembali surat ini dalam deraian
Tangis kerinduanku padanya…
Karena aku berharap airmata ini hanyalah untuk pertemuan, dan bukanlah untuk kehilangan
Surat itu bukanlah suatu lembaran puisi atau kata-kata romantic yang aku punya
Untuk sekedar menyentuh hatinya.
Akupun yakin, jika itu adalah lembaran puisi yang indah untuknya,
Mungkn juga dia takkan sekagum ketika aku bisa menemui dirinya
Langsung tanpa bantuanmu wahai matahari.
Mungkin sedari dulu dia di sana juga telah lama memanti pertandaku
Darimu, atau mungkin juga telah lama mengubur rasa penasarannnya akan diriku.
Kepadamu matahari,
Sebelum saatnya kau harus kembali ke peraduanmu nanti, untuk sejenak
Men-jinggalah di haris batas cakrawala senja, aku berharap di ajuga begitu
Menyukai warna jingga sama sepertiku….
Jika kau tak sempat, titipkan kepada jutaan bintang yang masih tersisa bahwa itu adalah
Kilaun cahaya sebagai pertanda untukku,
Dan di sepertiga malam, akau akan berdoa untuknya, secepatnya aku
Akan menemui dirinya…
Dan aku berharap ia di sana juga meihat matahari yang sama,
Seruapa dengan yang ku lihat disini, karena kerinduan aku dan dia adalah sama…
Lalu kepada angina aku bisikan, bahwa suratku hanyalah sepenggal kata
Yang tertulis atas nama “CINTA”.
Comments
Post a Comment