Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2019

Puisi : Kenanglah Aku

Kenanglah Aku Karya : Salohot Nasution Kenanglah aku ketika pagi hari Pada secangkair kopi Aromanya yang semerbak mewangi Menemaniku memulai hari Kenanglahlah aku ketika siang hari Kala sang surya memancarkan teriknya Di ladang-ladang padi Menumbuhkan harapan didada para petani Kenanglah aku ketika sore hari Kala senja merona menutup hari Para nelayan menarik sampan ketepian Setelah lelah mencari ikan Kenanglah aku ketika malam hari Ketika rembulan hadir menemani Memilih diantara selaksa mimpi Hingga sang fajar hadir kembali Aceh Timur, 12 Agustus 2019

Puisi : Ruang Rindu

Ruang Rindu Karya : Salohot Nasution Aku menemukan tatapanmu di ruang itu Aku mendengar suaramu di ruang itu Aku merasakan genggaman tanganmu di ruang itu Aku mendengar derap langkahmu di ruang itu Aku melihat senyumanmu di ruang itu Aku mendengar tawamu di ruang itu Aku melihat tangismu di ruang itu Aku merasakan kehadiranmu di ruang itu Ruang itu kusebut ruang rindu Ruang yang tercipta setelah kepergianmu Ruang yang mampu menghadirkan dirimu Walaupun itu hanyalah bayangan semu Di ruang itu aku memutar kembali Semua kisah yang pernah kita lalui Diruang itu aku menyadari Kehadiranmu sungguh berarti Aceh Timur, 7 Agustus 2019

Puisi : Waktu Yang Akan Menjawab

Waktu Yang Akan Menjawab Karya : Salohot Nasution Pada akhirnya sang waktu jualah Yang akan menjawab segala tanya Tentang setia yang kau tawarkan Apakah sungguhan ataukah gombalan Pada akhirnya sang waktu jualah Yang akan menjawab segala tanya Tentang cinta yang kau berikan Apakah realita ataukah permainan kata semata Pada akhirnya sang waktu jualah Yang akan menjawab segala tanya Tentang rindu yang kau gelisahkan Apakah itu sungguhan ataukah buatan Pada akhirnya sang waktu jualah Yang akan menjawab segala tanya Tentang kisah cinta anak manusia Apakah itu berguna ataukah hanya buang waktu saja Aceh Timur, 4 Agustus 2019

Puisi : Dimangsa Rindu

Dimangsa Rindu Karya : Salohot Nasution Bagimana aku bisa menikmati hari Jika hari-hari yang kulalui Telah dimangsa rindu Yang tersisa hanya kenangan pilu Bagaimana aku bisa berjalan Jika setiap jalan yang kulalui Telah dimangsa rindu Yang tersisa hanya kenangan syahdu Bagaimana aku bisa menggunakan pikiran Jika setiap pikiranku Telah dimangsa rindu Yang tersisa hanya bahasa kalbu Bagaimana aku bisa hidup Jika setiap nafasku Telah dimangsa rindu Yang tersisa hanya namamu Aceh Timur, 6 Agustus 2019

Puisi : Aku Ingin

Aku Ingin Karya : Salohot Nasution Aku ingin cinta kita seperti bumi Dalam galaksi bima sakti Yang akan selalu abadi Hingga kiamat nanti Aku ingin engkau menjadi bulan Yang akan menerangi bumi ketika malam Membawa beragam cerita keindahan Bagi semua insan Jika engkau bulan, aku ingi menjadi bintang Yang akan selalu setia menemanimu Dengan kemerlip cahayaku Bersama kita hingga penghujung malam Aceh Timur, 20 Juli 2019 Puisi di atas termasuk dalam kategori 100 Besar Peserta Terpilih pada Lomba Menulis Puisi   tahap 01 yang diselenggarakan oleh Literasi2fanblog

Puisi : Cinta di Pembuangan Sampah

Cinta di Pembuangan Sampah Karya : Salohot Nasution Telah ku temukan cinta Di tempat pembuangan sampah Terpancar dari rongga dada Para pengajar sukarela sekolah Aroma sampah mereka tak peduli Bagi mereka itu aroma kesturi Mengajar tak mengharapkan upah Cukup dengan senyuman bocah-bocah Menghabiskan masa muda Memberi manfaat pada sesama Atas dasar rasa kasih pada manusia Bukankah itu yang namanya cinta? Aceh Timur, 4 Agustus 2019 Puisi di atas termasuk dalam kategori Layak Diterbitkan dalam Sayembara Puisi yang diselenggarakan oleh Media Lomba Add caption

Puisi : Pupusnya Penantian

Pupusnya Penantian Karya : Salohot Nasution Tak ada lagi malam-malam panjang Ketika mata sulit terpejam Pikiran menghadirkan kenangan Meratapi kesendirian Tak ada lagi derai air mata Bahasa kalbu menderita Ketika beban kerinduan Tak lagi tertahankan Hari ini pupus sudah penantian Sirna sudah jejak kerinduan Ketika sang kekasih telah tiba Menghapus semua duka lara Senyuman itu telah hadir kembali Membawa keceriaan dihati Sang kekasih menepati janji Aku pasti kembali, bisiknya sebelum pergi Aceh Timur, 22 Juli 2019

Puisi : Pantai Kenangan

Pantai Kenangan Karya : Salohot Nasution Kita punya kenangan di pantai ini Pada pasir yang terhampar luas Pada birunya air laut Pada pohon nyiur yang melambai Di pasir ini kita pernah menulis nama bersama Di air laut yang membiru kita mandi bersama Sambil berkejaran diatas ombak yang menggulung Di bawah pohon nyiur kita duduk bersama Pasir itu kini telah menjadi kaca Air laut yang membiru semakin surut Ombak berganti menjadi riak-riak kecil Pohon nyiur telah menjadi dinding rumah Semua telah berubah ditelan waktu Seiring zaman yang semakin maju Kecuali kenangan bersamamu di pantai ini Ia akan selalu abadi di hati Aceh Timur, 25 Juli 2019

Puisi : Tak Mampu Ku Sembunyikan Rindu

Tak Mampu Ku Sembunyikan Rindu Karya : Salohot Nasution Telah ku sembunyikan rindu Pada kelopak bunga ditaman Namun para kumbang memberitahunya Lewat kuntum-kuntum mawar Telah ku sembunyikan rindu Pada kicau burung pipit Namun angin memberitahunya Lewat biji-biji yang diterbangkannya Telah ku sembunyikan rindu Pada manisnya madu Namun para lebah memberitahunya Lewat serbuk sari yang dihisapnya Kemanapun rindu ku sembunyikan Alam akan memberitahunya Karena rindu dan alam Anugerah Tuhan kepada insan Yang tak mampu disembunyikan Aceh Timur, 20 Juli 2019 by: https://jurnaljateng.com

Puisi : Kemarau Bulan Juni

Kemarau Bulan Juni Karya : Salohot Nasution Angin yang berhembus diladang-ladang padi Mengabarkan mengeringnya tanaman padi Yang tak mampu hidup mendamba mati Isyarat gagal panen bulan ini Tanah-tanah retak dilanda dahaga Merindukan hujan yang tak kunjung tiba Kering kerontang wajah tanah Telah lama ditinggalkan basah Resah melanda anak manusia Air kehidupan semakin langka Nampak jelas murung melanda Pada rona wajah-wajah putus asa Para petani tak mampu menyimpan duka Diadukannya duka kepada Yang Maha Kuasa Dalam lirih bait-bait do’a Tentang kemarau bulan juni yang mencipta nestapa Aceh Timur, 28 Juni 2019 Puisi di atas termasuk dalam kategori penulis terpilih pada Lomba Menulis Puisi   dengan Tema Juni, yang diselenggarakan oleh Ellunar Publisher dan Puspa Mala Pustaka

Puisi : Air Mata Mengering

Air Mata Mengering Karya   : Salohot Nasution Air mata mengering di zona-zona merah Ketika peluru dan mortir bersabda Mayat bergelimpangan tak bernyawa Air mata tak cukup untuk menangisi kepergian orang-orang tercinta Burung pemakan bangkai bersorak gembira Makanan tersedia melimpah dari daging manusia Tak sempat dikuburkan selayaknya Karena peluru dan mortir yang tak kunjung reda Bocah-bocah di zona-zona merah Bersahabat dengan rasa takut Bercengkerama dengan malaikat maut Bermain ditengah ranjau yang siap merenggut nyawa Mereka sudah lupa rasanya makanan dan minuman Mereka sudah lupa rasa lapar dan haus Ketika Ayah dan Ibunya tewas didepan matanya Mereka perlu suplai air mata karena air mata mereka sudah mengering Aceh Timur, 23 Juni 2019 Puisi di atas masuk dalam kategori 100 puisi terbaik pada Lomba Cipta Puisi Nasional yang diselenggarakan oleh Arsha Citra Karya